Rabu, 20 April 2011

Max Havelaar, Bacaan Wajib Siswa Belgia

Buku Max Havelaar karangan Edward Douwes Dekker  yang mengisahkan penjajahan Belanda di Banten menjadi bacaan wajib siswa di Belgia. "Semangat yang terkandung dalam Max Havelaar menjadi cikal bakal tumbuhnya semangat antikolonialisme di Eropa, khususnya di Belgia," ujar Rektor Katholieke Universiteit Leuven Mark Waer.

Waer menyampaikan hal itu  ketika menerima kunjungan Dubes RI untuk Brussel Arif Havas Oegroseno di Leuven, Belgia. Ia juga menyebutkan bahwa buku Max Havelaar dipandang sebagai kritik terhadap praktik kolonialisme Eropa pada masa itu.


Buku karangan Edward Douwes Dekker--dikenal juga sebagai Multatuli--menjadi bagian penting dari literatur di Belgia.

Waer menjelaskan, Universitas Leuven yang didirikan pada 1425 menggagas Multatuli Lecture sejak 1997 sebagai suatu kuliah umum tentang isu-isu multikulturalisme dan pluralisme. Tujuan penyelenggaraan Multatuli Lecture adalah untuk menjawab berbagai pertanyaan yang terkait dengan multikulturalisme dan demokratisasi di Eropa.

"Indonesia dan Belgia memiliki keterkaitan secara sejarah karena  Douwes Dekker harus melakukan sebagian penulisan Max Havelaar di Belgia karena situasi yang tidak kondusif," kata Dubes Havas Oegroseno. "Belgia memiliki keunggulan komparatif di bidang pendidikan dibanding negara lain. Biaya pendidikan untuk universitas di Belgia paling murah di Eropa dibandingkan Negara lainnya."
(Data dikutip & diolah)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar